Tak ada yang tahu, karena aku tidak pernah berpikiran bahwa pun mereka tahu akan merubah keadaan. Kecuali Larry yang kerap kali ke ruanganku, tentu saja, tanpa sepengetahuanku sebelumnya. Terakhir dia membuka file-file notepad di komputer dan kuharap isinya tidak akan melekat terlalu lama di kepalanya.
Dan aku masih belum menemukan mengapa kematian Kepala Sekolah Morning Bright seakan bukan hal yang mengejutkan bagiku. Aku menghormatinya, tipe manusia tulus di jaman sekarang ini. Aku mengikuti upacara pemakamannya, meneteskan air mata, kembali ke rumah, berpikir tentang kematian dan terakhir itu hal yang menyenangkan.
Terlalu banyak pemikiran yang berseliweran di kepalaku. Mulai dari topik apa yang akan kubawakan di acara SatNight di radio Augsburg, tentang pendidikanku, Ibu dan mantan suaminya, maksudku Willy Ayahku, dan yang paling mengocok perutku, Jaime tidak lagi sendiri. Ini hanya tentang aku dan kelihaian memilah mana yang lebih penting untuk dipikirkan saat ini. Aku harus menentukan prioritas.
SatNight di Augsburg harus selalu menarik. Ini satu-satunya pekerjaan yang kupunya sekarang dan lumayan menyenangkan kendati harus berpura-pura ceria di telinga para pendengar. Tapi aku tiba-tiba diserang kebencian terhadap kepura-puraan. Setelah sembilan tahun bertetangga, bersekolah dan bergaul bersama dengan Parker, baru di pesta kemarin aku mendapatinya berciuman dengan salah satu anggota keluarga Malkovich.
Aku seharusnya tidak membesar-besarkan masalah ini. Tapi, aku sempat berpikiran bahwa mungkin Parker akan menjadi pilihan terakhirku saat telah banyak pria mengecewakanku. Itu memang tidak adil untuknya. Tapi Parker dengan Malkovich lebih tidak adil lagi untukku.
Apa ini? Biasa, hanya draft di kepala.
Dan aku masih belum menemukan mengapa kematian Kepala Sekolah Morning Bright seakan bukan hal yang mengejutkan bagiku. Aku menghormatinya, tipe manusia tulus di jaman sekarang ini. Aku mengikuti upacara pemakamannya, meneteskan air mata, kembali ke rumah, berpikir tentang kematian dan terakhir itu hal yang menyenangkan.
Terlalu banyak pemikiran yang berseliweran di kepalaku. Mulai dari topik apa yang akan kubawakan di acara SatNight di radio Augsburg, tentang pendidikanku, Ibu dan mantan suaminya, maksudku Willy Ayahku, dan yang paling mengocok perutku, Jaime tidak lagi sendiri. Ini hanya tentang aku dan kelihaian memilah mana yang lebih penting untuk dipikirkan saat ini. Aku harus menentukan prioritas.
SatNight di Augsburg harus selalu menarik. Ini satu-satunya pekerjaan yang kupunya sekarang dan lumayan menyenangkan kendati harus berpura-pura ceria di telinga para pendengar. Tapi aku tiba-tiba diserang kebencian terhadap kepura-puraan. Setelah sembilan tahun bertetangga, bersekolah dan bergaul bersama dengan Parker, baru di pesta kemarin aku mendapatinya berciuman dengan salah satu anggota keluarga Malkovich.
Aku seharusnya tidak membesar-besarkan masalah ini. Tapi, aku sempat berpikiran bahwa mungkin Parker akan menjadi pilihan terakhirku saat telah banyak pria mengecewakanku. Itu memang tidak adil untuknya. Tapi Parker dengan Malkovich lebih tidak adil lagi untukku.
Apa ini? Biasa, hanya draft di kepala.
18 comments
sudahlah jangan terlalu di pikirkan hehe
ReplyDeleteapa sih jeng vina ini...huh
Deletefiksi? biasa jeng vina lagi pengen nyampah
ReplyDeleteYep, fiksi mba.
DeleteDaripada dibuang sayang, mnding ditulisutk diselamatkan.
draft nya saja sudah sedemikian jlimet dan kudu tiga balikan maca'na...itupun baru dikit pahamnya...bayangin kalau udah jadi artikel pasti bakal mantap
ReplyDeleteLagi gak punya waktu buat nulia, kang...trua kalo panjang2malah suka bnyak yg silent reader atau lebih dari itu, hanya dilihat judulnya aja dan pesimis dengan pnjangnya artikel.
Deletefiksi singkat tapi ceritanya sungguh menarik, apapun itu semua kisah tentang cinta dan perasaan pasti menarik ...salam :-)
ReplyDeleteexactly right...
Deletesalam juga...
kembangkan..
ReplyDeleteOh, man. If I could just have a choice. I will leave my job and overcome these much ideas in my head.
Deleteitu cerita tntng apa ya?? *smile
ReplyDeleteHore, satu pengunjung blog dibuat penasaran. Berhasil...berhasil.
DeleteThanks.
Menarik gan,, sebuah pemikiran yang luar biasa...
ReplyDeleteLanjutkan!!! :)
Oh, thanks.
DeleteBut, someday maybe.
cerita ttg cinta tak akan pernah ada akhirnya ya :)
ReplyDeleteIni gak hanya tt cinta, lho...
Deletesaya gagal paham mas yahya, kok dari penyiar radio segala, kok nyrempet detektif, haduh ah bingung
ReplyDeleteGagal itu kberhasilan yg tertunda. Ayo berjuanglah lbh keras...hihi
Delete